MEMBACA TREN BUSANA SYAR’I DENGAN KACAMATA IDEOLOGIS-SOSIOLOGIS (Studi pada Jama’ah Pengajian Tasawuf al Hikam dan Tenaga Pengajar SDIT Qurrota A’yun Ponorogo)

Aminuddin, Luthfi Hadi and Ulfah, Isnatin (2018) MEMBACA TREN BUSANA SYAR’I DENGAN KACAMATA IDEOLOGIS-SOSIOLOGIS (Studi pada Jama’ah Pengajian Tasawuf al Hikam dan Tenaga Pengajar SDIT Qurrota A’yun Ponorogo). Project Report. LPPM IAIN Ponorogo, Ponorogo.

[img] Text
DUMMY PENELITIAN 2018.pdf

Download (425kB)
[img] Text
Outcome artikel penelitian 2018.pdf

Download (129kB)
[img] Text
484-487. SK Penelitian 2018.pdf

Download (8MB)

Abstract

Jama’ah Pengajian Tasawuf al Hikam dan Tenaga Pengajar SDIT Qurrota A’yun Ponorogo)
Penelitian ini mengkaji gerakan sosial kemandirian PCNU Ponorogo melalui PT. Bintang Swalayan. Tema ini menarik untuk diteliti karena beberapa alasan. Pertama, dalam hal pembukaan usaha swalayan, Bintang Swalayan menjadi unit usaha yang pertama di daerah Jawa Timur.Kedua, dalam hitungan dua bulan, PCNU Ponorogo mampu menggerakan jama’ah untuk turut serta dalam pembelian saham bintang swalayan hingga Rp. 1.500.000.000 (satu milyar limaratus juta rupiah), sebuah kontribusi yang luar biasa. Jama’ah yang selama ini dipersepsikan malas diajak bergerak dalam bidang ekonomi, begitu di sentil, di picu dengan gerakan kemandirian, diluar dugaan, mereka sangat antusias untuk menyambut usaha tersebut. Ketiga, kehadiran Bintang swalayan mendapat apresiasi dari Pengurus Wilayah NU Jawa Timur yang pada even NU Award NU Jawa Timur tahun 2017 menjadi pemenang. Bahkan PWNU Jawa Timur menjadikan Bintang Swalayan sebagai pilot project bagi perintisan pendirian swalayan di berbagai PCNU Jawa Timur. Keempat, di pertengahan tahun 2017 beberapa PCNU Se Jawa Timur mengadakan Study Banding Ke Bintang Swalayan untuk bersosialisasi terkait bagaimana konsep pendirian Bintang Swalayan dari awal hingga berdiri. Dari kegiatan study banding itu banyak yang tertarik dan ingin mendirikan usaha serupa. Pada bulan September 2017 berdirilah NUsantara Mart di Rejotangan Tulungagung. Disusul cabang- cabang NUsantara Mart Lain yang berdiri di Pacitan, Bojonegoro, Trenggalek, Madiun, Mojokerto dan Sidoarjo Pokok masalah yang menarik dan problematik untuk dijadikan kajian dalam penelitian ini adalah: Apa yang melatarbelakangi lahirnya gerakan sosial kemandirian ekonomi PCNU Ponorogo melalui Bintang Swalayan? Bagaimana gerakan sosial PCNU Ponorogo dalam membangun usaha kemandirian ekonomi melalui Bintang Swalayan?dan Bagaimana dampak yang dihasilkan dari gerakan sosial tersebut? Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan pendekatan sosiologi. Sedangkan teori yang digunakan adalah teori gerakan sosial dan kemandirian ekonomi. Setelah melakukan penggalian data dan analisis menda lam, peneliti menyimpulkan bahwa: (1) Latarbelakang gerakan sosial kemandirian ekonomi NU Ponorogo adalah keinginan bersama agar jam’iyah NU bisa mandiri secara ekonomi dalam menggerakkan dan mencukupi kebutuhan organisasi dan serta membangun kesadaran jamaah untuk membangkitkan gerakan kemandirian ekonomi (2) Gerakan sosial kemadirian ekonomi NU ponorogo secara garis besar melalui dua tahap; framing terdiri dari tahap kegisahan dan kegusaran dan mobilisasi terdiri dari tahap formalisasi dan pelembagaan. Proses framing dimulai dari adanya sebuah ide dasar dari Rais Syuriah KH. Imam Sayuti tentang kemandirian ekonomi NU Ponorogo yang disampaikan kepada Ketua PCNU Ponorogo Drs. H. Fatchul Azis. Kemudian ide dasar tersebut kemudian disampaikan kepada beberapa Pengurus Cabang secara personal seperti H. Joko Susanto, H. Tohir Hasbi, Gus Kholid, Sugeng Hariono maupun melalui pertemuan rutin Pengurus Cabang. Penyampaian ide dasar ini bertujuan agar para pengurus memiliki satu pendapat tentang pentingnya membangun kemandirian ekonomi NU Ponorogo. Orang tersebutlah yang kemudian disebut sebagai aktor dalam membingkai gagasan kemandirian ekonomi NU Ponorogo. Sedangkan pada tahapan mobilisasi dilaksanakan dengan penuangan gagasan kemandirian ekonomi pada kegiatan Konferensi Cabang PCNU Ponorogo pada tanggal 15 Februari 2015 di PP. Darul Huda Mayak Tonatan Ponorogo dan Musyawarah Kerja Cabang I pada tanggal 15 Juni 2015 di PP. Al-Islam Joresan Mlarak Ponorogo. Tahapan ini dalam perspektif teori gerakan sosial dikenal pada tahapan formalisasi gagasan/ide pokok kemandirian ekonomi NU Ponorogo. Sedangkan tahapan pelembagaan gagasan kemandirian ekonomi NU Ponorogo terjadi pada saat di bentuknya tim ekonomi untuk mendirikan Bintang Swalayan. Tahapan dimulai dari penjualan saham hingga pada kegiatan grand opening Bintang Swalayan. Sedangkan dampak dri gerakan sosial kemandirian ekonomi bisa dikalsifikasikan pada dampak secara finansial maupun non finasial. Dampak secara finansial, keuntungan PT. Bintang Swalayan 20 % untuk NU Ponorogo, 10% untuk kesejahteraan karyawan, 70% untuk pemilik saham dengan rincian; 20 % diterimakan tunai dan. 50% untuk pengembangan Swalayan (tetap menjadi hak milik pemegang saham). Sedangkan dampak secara non finansial dengan berdirinya PT. Bintang Swalayan, pengurus semakin solid dalam melaksanakan kegiatan, muningkatnya jenis kegiatan dan inovasi dalam menjalankan program jam’iyah serta menumbuhkan jama’ah dalam membangun usaha kemandirian ekonomi.

Item Type: Research (Project Report)
Subjects: 22 PHILOSOPHY AND RELIGIOUS STUDIES > 2204 Religion and Religious Studies > 220405 Religion and Society
Depositing User: Perpustakaan IAIN Ponorogo
Date Deposited: 19 Jun 2023 04:28
Last Modified: 19 Jun 2023 04:28

Actions (login required)

View Item View Item