SM, Muntholib and Rachman, Subhan MA and Ngadhimah, Mambaul (2008) Simbol Agama Dalam PILKADA (Studi Kasus Di Kota Jambi Tahun 2008). Project Report. Balai Litbang Kemenag RI, Depag RI Jakarta.
|
Text
SIMBOL AGAMA DALAM PILKADA 2008.pdf Download (38MB) | Preview |
Abstract
Peneliti berasumsi bahwa penggunaan sentiment pimordial terutama agama mampu memberikan kontribusi positif untuk mewujudkan Pemilu Kepala Daerah (Pilkada) yang damai, sebaliknya juga bisa menciptakan situasi yang kontraproduktif, massa pemilih terbelah secara sosial dan politik yang berujung pada disparitas primordial sehingga menimbullan etnosentrisme, mampu membangkitkan emosional dan reaksi rakyat dalam memberikan dukungan pilkada dengan mengabaikan hal-hal yang bersifat rasional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemilihan Walikota (Pilwako) Jambi Tahun 2008 secara langsung adalah: Pertama, menggunakan simbol-simbol primordial (seperti: suku, ras, agama). Bentuk-bentuk simbol agama yang dipakai menggambarkan kesalehan Calon Wali Kota dalam kampanye, dalam bahasa verbal a) silaturahmi ke: majelis yasinan-tahlil, zikir bersama, takziyah, tahlil kematian, jama'ah salat lima waktu, salat Jum'at, PHBI/Maulid Nabi, Isro' Mi'roj, safari Ramadhan dan sebagainya; b)sadaqah jariah, zakat mal, sumbangan uang ke Masjid/ Mushalla/ Pesantren, santunan kepada anak yatim, fakir miskin, bantuan logistik dan sebagainya; c)arribut agama: sumbangan perangkat ibadah, perangkat penutup aurat; d) bahasa agama: Allahu Akbar, Insya Allah, Solawat Badar, Masya Allah, diberkati dan diridloi Allah, jika tidak nyoblos no... masuk neraka, dan sebagainya. Simbol non-verbal: foto memakai atribut agama, gelar haji, telah umrah, mohon do'a restu, sunatan masal, nikah masal dan sebaginya.
Kedua, alasan simbol agama dipakai dalam Pilwako adalah untuk a) kepentingan memperoleh dukungan suara; b) sebagai bentuk lain dari politik uang(money politics) dan menjauhi kesan black campaign, dan c) sebagai alat untuk membangkitkan solidaritas dan mengakomodir berbagai kepentingan baik individu, partai, golongan, etnis, agama,
Ketiga, dampak positif penggunaan simbol agama dalam pilkada adalah sebagai alat membangkitkan solidaritas umat, meredam gejolak serta membangkitkan semangat heroic serta meningkatkan kecerdasan rakyat pemilih. Dampak negatifnya
adalah dapat menciptakan situasi yang kontraproduktif seperti sikap fanatisme, eksklusifisne, hegemoni, dan salah paham, serta merupakan bentuk pencideraan terhadap etika moral agama (seperti perilaku Kyai yang materialis, rakyat yang tamak dan sebagainya).
Kasus pada Pilwako Jambi tahun 2008 secara sosiologis menunjukkan mayoritas pemilihnya masih primondial dan tradisional, serta sedikit jumlah pemilih yang rasional untuk itu perlu pendidikan politik yang mampu mengkonstruksi dan merevitalisasi nilai-nilai kultur (kearifan lokal) yang lebih berorientasi pada keunggulan kualitas, profesionalitas, humanitas, mengokohkan berbagai kebiasaan dan aksi damai serta mengedepankan kesejahteraan warga kota Jambi.
Item Type: | Research (Project Report) |
---|---|
Keyword: | PILKADA, simbol agama, pendidikan politik, money politics, black campaign |
Subjects: | 16 STUDIES IN HUMAN SOCIETY > 1606 Political Science > 160606 Government and Politics of Asia and the Pacific |
Divisions: | Program Pascasarjana > Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Islam |
Depositing User: | Ngadhimah Mambaul |
Date Deposited: | 28 May 2018 05:18 |
Last Modified: | 17 Jun 2020 14:52 |
Actions (login required)
View Item |